beras analog untuk diversifikasi pangan

 

Membuat beras analog dari bahan-bahan seperti ubi kayu, jagung, sorgum, dan leguminosa memerlukan beberapa langkah dalam proses formulasi, pemilihan bahan, pengolahan, serta penentuan komposisi takaran. Berikut adalah gambaran umum tentang cara membuat beras analog dari bahan tersebut:

Bahan-Bahan Utama untuk Beras Analog:

  1. Ubi Kayu (Singkong): Sebagai sumber karbohidrat utama, ubi kayu dapat diolah menjadi tepung tapioka atau tepung singkong. Kadar amilosa dalam ubi kayu penting untuk memberikan tekstur yang mendekati nasi.
  2. Jagung: Digunakan sebagai campuran untuk memberikan tambahan rasa dan kandungan serat. Jagung biasanya diolah menjadi tepung jagung atau grit jagung.
  3. Sorgum: Sorgum kaya nutrisi dan dapat diolah menjadi tepung sorgum sebagai campuran.
  4. Leguminosa (Kacang-Kacangan): Kacang hijau, kacang tanah, atau kedelai bisa digunakan untuk menambah kandungan protein dalam beras analog. Biasanya diolah menjadi tepung untuk meningkatkan nilai gizi.
  5. Umbi-Umbian Lain: Ubi jalar, kentang, atau talas bisa menjadi bahan tambahan yang memberikan rasa dan tekstur.

Langkah-Langkah Pembuatan:

  1. Pengolahan Bahan:

    • Pengeringan: Ubi kayu, jagung, sorgum, dan leguminosa dikeringkan terlebih dahulu agar kadar airnya turun. Pengeringan bisa dilakukan secara alami (dijemur) atau menggunakan oven.
    • Penggilingan: Setelah kering, bahan-bahan dihaluskan menjadi tepung. Bahan seperti ubi kayu bisa diolah menjadi tepung tapioka, sementara sorgum dan jagung digiling menjadi tepung atau grit kasar.
  2. Formulasi Komposisi:

    • Ubi Kayu (Singkong): 40% – 50% sebagai bahan dasar.
    • Jagung: 20% – 30% untuk menambah kandungan serat dan meningkatkan rasa.
    • Sorgum: 15% – 20% sebagai sumber nutrisi tambahan dan tekstur.
    • Leguminosa (Kacang Hijau/Kedelai): 5% – 10% untuk meningkatkan kandungan protein.
  3. Proses Pencampuran: Campurkan semua tepung dalam komposisi yang diinginkan. Tambahkan sedikit air hingga adonan bisa dipadatkan. Tambahkan sedikit minyak nabati atau emulsifier agar tekstur menjadi lebih baik.

  4. Ekstrusi:

    • Gunakan mesin ekstruder untuk mencetak adonan menjadi butiran-butiran menyerupai beras. Ekstruder bekerja dengan memberikan tekanan dan suhu tertentu, sehingga bahan bisa dibentuk menyerupai biji beras.
    • Setelah dicetak, biarkan beras analog mengering atau bisa dikeringkan menggunakan oven.
  5. Pengemasan: Setelah beras analog kering, kemas dengan kemasan kedap udara untuk menjaga kualitasnya. Pastikan beras disimpan di tempat yang kering dan sejuk.

HPP (Harga Pokok Produksi):

  1. Bahan Baku:

    • Ubi kayu: Rp 1.500/kg
    • Jagung: Rp 3.500/kg
    • Sorgum: Rp 5.000/kg
    • Leguminosa (Kacang Hijau/Kedelai): Rp 8.000/kg

    Estimasi bahan yang diperlukan untuk 1 kg beras analog:

    • Ubi kayu: 500 g x Rp 1.500 = Rp 750
    • Jagung: 250 g x Rp 3.500 = Rp 875
    • Sorgum: 150 g x Rp 5.000 = Rp 750
    • Leguminosa: 100 g x Rp 8.000 = Rp 800

    Total biaya bahan baku: Rp 3.175 per kg

  2. Biaya Produksi Lainnya:

    • Pengeringan, penggilingan, ekstrusi, dan pengemasan: Rp 1.500 per kg
    • Biaya tenaga kerja: Rp 500 per kg
    • Biaya overhead (transportasi, listrik, mesin): Rp 300 per kg

    Total HPP: Rp 5.475 per kg

Harga Jual Pasar:

Untuk menentukan harga jual, umumnya harga jual pasar beras analog berkisar Rp 8.000 – Rp 10.000 per kg tergantung pada kualitas, target pasar, dan faktor distribusi.

  • Jika Anda menjual dengan margin keuntungan sekitar 30%, harga jual bisa berada di kisaran:
    • Rp 8.000 – Rp 9.000 per kg untuk segmen menengah.
    • Jika mengincar pasar premium atau dengan tambahan bahan organik, bisa mencapai Rp 10.000 per kg atau lebih tinggi.

Kesimpulan:

Membuat beras analog dari ubi kayu, jagung, sorgum, dan leguminosa dapat menjadi solusi pangan yang sehat dan terjangkau. Proses pembuatan melibatkan pengolahan bahan menjadi tepung, pencampuran, ekstrusi, dan pengemasan. Dengan HPP sekitar Rp 5.475 per kg, harga jual beras analog bisa dipatok di antara Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kg, tergantung pada pasar dan kualitas produk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REFORMASI JILID 2 - tata kelola negara berbasis digital TKN-BG

ALTERNATIF SOLUSI DARI BERBAGAI PERMASALAHAN BANGSA

Peluang Usaha Phyto Fresh Oil